Akasia dekuren (Acacia decurrens) Tanaman Invasif yang memiliki nilai penting di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu
oleh Moh. Faddel Jauhar, S.Hut
Akasia dekuren di Merbabu
Acacia
decurrens merupakan
salah satu jenis tumbuhan yang hidup dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu.
Tumbuhan ini hidup di Tipe Ekosistem hutan hujan pegunungan bawah hingga tipe
ekosistem hutan hujan pegunungan atas dengan ketinggian 1500 mdpl hingga 2.300
mdpl. Pada kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu jenis ini tumbuh tersebar
merata dari sebelah timur (Selo dan Ampel) hingga barat (Ngablak dan pakis) dan
utara (getasan) hingga selatan (Sawangan). Di kawasan Taman Nasional Gunung
Merbabu tumbuhan ini dapat hidup bersama-sama dengan jenis-jenis lainnya
seperti bintami (Podocarpus sp),
kesowo (Engelhardia spicata),
kemlandingan gunung (albizzia lophanta)
dan puspa (schima wallichii).
Sejarah
Botani Acacia decurrens
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Bangsa : Resales
Suku :
Mimosaceae
Marga :
Acacia
Jenis :
Acacia decurrens
Nama lokal : Kasia
Invasif
dan Fast Growing
Acacia
decurrens merupakan
salah satu jenis dari 23 Acacia spp.
yang bersifat invasif karena memiliki
2 karakter utama yaitu dapat mencapai dewasa untuk dapat berproduksi dengan
cepat dalam waktu kurang dari 2 tahun dan mampu melakukan terubusan (Gibson et
al, 2011).
Jenis fast growing ini adalah
jenis piooner dimana
membutuhkan skarifikasi api untuk adaptasinya dengan temperature tinggi untuk
pengecambahannya (Mc.Donald et al 2002 dalam suryanto et al, 2010). Itulah
mengapa jenis ini mampu tumbuh secara serempak didalam kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi. Berdasarkan interpretasi tajuk dan survei lapangan diketahui
jenis ini merupakan spesies yang dominan
pada proses suksesi paska erupsi merapi 2010. Dengan menggunakan analisis
vegetasi pada tingkat sapihan indeks nilai pentingnya (INP) mencapai 288, 96 %
(Yuniasih, 2010). Kondisi inilah yang oleh para peneliti dikhawatirkan
mengancam bagi pemulihan flora pegunungan karena jenis ini akan menjadi kompetitor
dalam mendapatkan sinar matahari, air dan nutrient.
Di Kawasan Taman Nasional Gunung
Merbabu selain jenis Acacia decurrens
terdapat jenis-jenis yang skarifikasinya menggunakan api juga tumbuh serempak
dalam populasi yang besar membentuk pulau-pulau yang bergerombol. Kejadian
tersebut terjadi dikawasan Taman Nasional Gunung merbabu pada tumbuhan
kemlandingan gunung (albizzia lophanta)
maupun jenis edelweiss (Anaphalis
javanica). Jenis ini akan tumbuh dalam populasi yang kompak diatas punggung
gunung ataupun lembahnya setelah terjadi kebakaran hutan. Kebakaran besar di
Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu pada tahun 2006 yang mencapai 463 Ha
telah menghanguskan hutan primer kesowo, pampung dan sengiran. Setelah kejadian
ini, 2 (dua) tahun kemudian tanaman kemlandingan gunung (albizzia lophanta) tumbuh dan berkembang dan populasi yang
berkelompok. Kejadian serupa juga terjadi dengan jenis edelweiss (Anaphalis javanica) yang tumbuh serempak
di bawah savanna I.
Budidaya
dan Pemanfaatan oleh Masyarakat
Masyarakat disekitar kawasan Taman
Nasional sebelum menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu, telah memanfaatkan
acacia decurrens untuk berbagai keperluan dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat memanfaatkan kayunya sebagai bahan bakar untuk kebutuhan memasak dan
perapian karena merupakan kayu yang awet. Selain digunakan untuk kayu bakar,
jenis ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang karena mempunyai
kualitas yang baik. Kulit kayunya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai penyamak
kulit (bahan pewarna kulit binatang) bagi kerajinan kulit karena mengandung tanin
yang tinggi.
Masyarakat disekitar kawasan Taman
Nasional Gunung Merbabu telah mengetahui bahwasanya untuk mendapatkan kecambah
dari Acacia deccurens yaitu dengan
mengambil dahan yang berisi buah dan biji akasia dekuren yang telah masak,
dikeringkan dan kemudian dibakar. Setelah pembakaran tersebut pada musim
penghujan dilokasi bekas pembakaran akan tumbuh kecambah dalam jumlah yang
banyak. Dalam praktek pembiakan tanaman ini masyarakat tidak pernah memanen
biji yang sudah masak kemudian ditanam langsung ke tanah, karena hal tersebut
tidak akan menghasilkan kecambah akasia dekuren dalam jumlah yang banyak.
Jenis Acacia deccurens ini dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu
memiliki umur yang relatif lebih rendah daripada jenis lokal lainnya,
berdasarkan Pryor dan banks (1991) jenis ini adalah jenis yang mempunyai umur
pendek dan akan menurun anatar 10 s.d 15 tahun.
jenis ini menjadi mudah tumbang dan terserang penyakit pada rentang umur
tersebut. Dan pada tegakan yang sudah rapat, dibawah tegakannya tidak mudah
ditemui anakannya.
Nilai
Penting di Kawasan
Acacia
decurrens telah
hadir dikawasan Taman Nasional Merbabu dan memiliki peranan penting dalam
kawasan. Jenis ini bersama dengan kemlandingan gunung dan edelweiss telah mampu
menjawab terhadap tantangan terhadap upaya recovery dan rehabilitasi pada
kawasan bekas kebakaran hutan dalam jumlah luas yang terjadi secara periodik.
Kemampuan untuk tumbuh secara cepat dapat mengurangi dampak serius yang dapat
timbul paska kebakaran seperti erosi yang tinggi, banjir dan tanah langsor.
Gambar 3. Presbytis
fredericae sedang bercengkrama di atas Acacia
decurrens
Tanaman ini bersama-sama dengan jenis
lokal lainnya seperti bintami (Podocarpus
sp), kesowo (Engelhardia spicata),
kemlandingan gunung (albizzia lophanta) menjadi habitat bagi satwa liar dikawasan
Taman Nasional Gunung Merbabu mulai dari . Primata-primata yang ada di Kawasan
Gunung Merbabu seperti monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis), Lutung budeng (Trachypiatus
auratus), dan Rek-rekan (Presbytis
fredericae) juga memanfaatkannya sebagai salah satu sumber pakan disamping
jenis-jenis kemlandingan gunung (albizzia
lophanta), Pangpung (Macropanax
dispermus), dan Sengiran (Pittosporum
moluccanum). Fungsi sebagai pakan bagi satwa-satwa liar tersebut
juga dapat menjadi salah satu upaya penyediaan tanaman pakan bagi primata untuk
mengurangi gangguan serangan monyet ekor panjang di lahan pertanian masyarakat yang
berbatasan langsung dengan Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu.
Besarnya manfaat acacia decurrens bagi masyarakat untuk kebutuhan bahan bakar dan
arang serta tanin merupakan nilai penting jenis ini bagi masyarakat. Budidaya
tanaman ini bisa dilakukan dilahan-lahan sekitar kawasan Taman Nasional Gunung
Merbabu sebagai sabuk hijau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
PENUTUP.
Acacia
decurrens adalah
tanaman eksotik yang berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu yang
bersifat invasif. Jenis ini telah lama berada di Kawasan ini dan mampu
beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan setempat. Peranannya terhadap
kawasan dan satwa liar telah memiliki posisi tersendiri sebagai habitat, sumber
pakan bagi satwa maupun dalam menanggulangi lahan bekas kebakaran. Pemanfaatan
oleh masyarakat terhadap jenis ini untuk kebutuhan sehari-hari menjadikan
tanaman ini memiliki peran penting bagi masyarakat. Kedepan perlu ada
kajian-kajian yang lebih serius terhadap jenis ini sebagai salah satu jenis
eksotik dikawasan agar keberadaannya tidak mengganggu kawasan Taman Nasional
Gunung Merbabu.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2011. STATISTIK BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU. Boyolali: Balai
Taman Nasional Gunung Merbabu.
Steenis,
C.G.G.J. Van 2006. Flora Pegunungan Jawa. Bogor :LIPI Press
Suryanto,
P. dkk 2010. The Dynamic Growth and Standing Stock of Acacia decurrens
Following the 2006 Eruption in Gunung Merapi National Park, Java,
Indonesia. www.ccsenet.org/ijb:
International Journal of Biology Vol 2 No 2, July 2010.
Yuniarsih,
B. 2013. Ancaman Invasi Acacia
decurrens Pasca Erupsi Gunung Merapi 2010 terhadap Pemulihan Keanekaragaman
Hayati Flora Pegunungan Di Taman Nasional Gunung Merapi. Yogyakarta: Tesis pada
Universitas Gadjah Mada
No comments:
Write comments