Wednesday, March 5, 2014

Akasia dekuren tanaman invasive Taman Nasional Gunung Merbabu

Akasia dekuren (Acacia decurrens) Tanaman Invasif yang memiliki nilai penting di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu

oleh Moh. Faddel Jauhar, S.Hut
Akasia dekuren di Merbabu
Acacia decurrens merupakan salah satu jenis tumbuhan yang hidup dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu. Tumbuhan ini hidup di Tipe Ekosistem hutan hujan pegunungan bawah hingga tipe ekosistem hutan hujan pegunungan atas dengan ketinggian 1500 mdpl hingga 2.300 mdpl. Pada kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu jenis ini tumbuh tersebar merata dari sebelah timur (Selo dan Ampel) hingga barat (Ngablak dan pakis) dan utara (getasan) hingga selatan (Sawangan). Di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu tumbuhan ini dapat hidup bersama-sama dengan jenis-jenis lainnya seperti bintami (Podocarpus sp), kesowo (Engelhardia spicata), kemlandingan gunung (albizzia lophanta) dan puspa (schima wallichii).

Sejarah
Jenis yang mempunyai nama inggris Early Black Wattle ini adalah jenis tumbuhan eksotik yang berasal Australia. Jenis ini mampu tumbuh hingga ketinggian antara 5-10 meter terkadang mencapai 20-22 meter jika kondisi tempat tumbuhnya sangat baik (Boland 1987, Pryor & banks 1991). Acacia decurrens dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan baru sehingga berpotensi menjadi invasif, tercatat jenis ini telah tumbuh di negara dunia dan berbagai benua antara lain Argentina, Brazil, Colombia, India, Ethiophia, Amerika, Taiwan, Uruguay Afrika Selatan, Philipina, Turki, Maroko, Rusia dan China. Kayu tanaman ini keras dan awet dengan warna coklat cerah hingga kemerahan dan pada umumnya digunakan untuk bahan bakar dan penyamak kulit karena mengandung tanin yang tinggi.  Berikut ini nama botani
Botani Acacia decurrens
Kingdom        : Plantae
Divisi            : Spermatophyta
Sub Divisi      : Angiospermae
Kelas            : Dicotyledonae
Bangsa          : Resales
Suku             : Mimosaceae
Marga           : Acacia
Jenis             : Acacia decurrens
Nama lokal    : Kasia


Invasif dan Fast Growing
Acacia decurrens merupakan salah satu jenis dari 23 Acacia spp. yang bersifat invasif karena memiliki 2 karakter utama yaitu dapat mencapai dewasa untuk dapat berproduksi dengan cepat dalam waktu kurang dari 2 tahun dan mampu melakukan terubusan (Gibson et al, 2011).
Jenis fast growing ini adalah  jenis piooner dimana membutuhkan skarifikasi api untuk adaptasinya dengan temperature tinggi untuk pengecambahannya (Mc.Donald et al 2002 dalam suryanto et al, 2010). Itulah mengapa jenis ini mampu tumbuh secara serempak didalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Berdasarkan interpretasi tajuk dan survei lapangan diketahui jenis ini merupakan  spesies yang dominan pada proses suksesi paska erupsi merapi 2010. Dengan menggunakan analisis vegetasi pada tingkat sapihan indeks nilai pentingnya (INP) mencapai 288, 96 % (Yuniasih, 2010). Kondisi inilah yang oleh para peneliti dikhawatirkan mengancam bagi pemulihan flora pegunungan karena jenis ini akan menjadi kompetitor dalam mendapatkan sinar matahari, air dan nutrient.
Di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu selain jenis Acacia decurrens terdapat jenis-jenis yang skarifikasinya menggunakan api juga tumbuh serempak dalam populasi yang besar membentuk pulau-pulau yang bergerombol. Kejadian tersebut terjadi dikawasan Taman Nasional Gunung merbabu pada tumbuhan kemlandingan gunung (albizzia lophanta) maupun jenis edelweiss (Anaphalis javanica). Jenis ini akan tumbuh dalam populasi yang kompak diatas punggung gunung ataupun lembahnya setelah terjadi kebakaran hutan. Kebakaran besar di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu pada tahun 2006 yang mencapai 463 Ha telah menghanguskan hutan primer kesowo, pampung dan sengiran. Setelah kejadian ini, 2 (dua) tahun kemudian tanaman kemlandingan gunung (albizzia lophanta) tumbuh dan berkembang dan populasi yang berkelompok. Kejadian serupa juga terjadi dengan jenis edelweiss (Anaphalis javanica) yang tumbuh serempak di bawah savanna I.
  
Budidaya dan Pemanfaatan oleh Masyarakat
Masyarakat disekitar kawasan Taman Nasional sebelum menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu, telah memanfaatkan acacia decurrens untuk berbagai keperluan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat memanfaatkan kayunya sebagai bahan bakar untuk kebutuhan memasak dan perapian karena merupakan kayu yang awet. Selain digunakan untuk kayu bakar, jenis ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang karena mempunyai kualitas yang baik. Kulit kayunya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai penyamak kulit (bahan pewarna kulit binatang) bagi kerajinan kulit karena mengandung tanin yang tinggi.

Masyarakat disekitar kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu telah mengetahui bahwasanya untuk mendapatkan kecambah dari Acacia deccurens yaitu dengan mengambil dahan yang berisi buah dan biji akasia dekuren yang telah masak, dikeringkan dan kemudian dibakar. Setelah pembakaran tersebut pada musim penghujan dilokasi bekas pembakaran akan tumbuh kecambah dalam jumlah yang banyak. Dalam praktek pembiakan tanaman ini masyarakat tidak pernah memanen biji yang sudah masak kemudian ditanam langsung ke tanah, karena hal tersebut tidak akan menghasilkan kecambah akasia dekuren dalam jumlah yang banyak.
Jenis Acacia deccurens ini dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki umur yang relatif lebih rendah daripada jenis lokal lainnya, berdasarkan Pryor dan banks (1991) jenis ini adalah jenis yang mempunyai umur pendek dan akan menurun anatar 10 s.d 15 tahun.  jenis ini menjadi mudah tumbang dan terserang penyakit pada rentang umur tersebut. Dan pada tegakan yang sudah rapat, dibawah tegakannya tidak mudah ditemui anakannya.
Nilai Penting di Kawasan
Acacia decurrens telah hadir dikawasan Taman Nasional Merbabu dan memiliki peranan penting dalam kawasan. Jenis ini bersama dengan kemlandingan gunung dan edelweiss telah mampu menjawab terhadap tantangan terhadap upaya recovery dan rehabilitasi pada kawasan bekas kebakaran hutan dalam jumlah luas yang terjadi secara periodik. Kemampuan untuk tumbuh secara cepat dapat mengurangi dampak serius yang dapat timbul paska kebakaran seperti erosi yang tinggi, banjir dan tanah langsor.
Gambar 3. Presbytis fredericae sedang bercengkrama di atas Acacia decurrens

Tanaman ini bersama-sama dengan jenis lokal lainnya seperti bintami (Podocarpus sp), kesowo (Engelhardia spicata), kemlandingan gunung (albizzia lophanta)  menjadi habitat bagi satwa liar dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu mulai dari . Primata-primata yang ada di Kawasan Gunung Merbabu seperti monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Lutung budeng (Trachypiatus auratus), dan Rek-rekan (Presbytis fredericae) juga memanfaatkannya sebagai salah satu sumber pakan disamping jenis-jenis kemlandingan gunung (albizzia lophanta), Pangpung (Macropanax dispermus), dan Sengiran (Pittosporum moluccanum). Fungsi sebagai pakan bagi satwa-satwa liar tersebut juga dapat menjadi salah satu upaya penyediaan tanaman pakan bagi primata untuk mengurangi gangguan serangan monyet ekor panjang di lahan pertanian masyarakat yang berbatasan langsung dengan Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu.
Besarnya manfaat acacia decurrens bagi masyarakat untuk kebutuhan bahan bakar dan arang serta tanin merupakan nilai penting jenis ini bagi masyarakat. Budidaya tanaman ini bisa dilakukan dilahan-lahan sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu sebagai sabuk hijau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.


PENUTUP.
Acacia decurrens adalah tanaman eksotik yang berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu yang bersifat invasif. Jenis ini telah lama berada di Kawasan ini dan mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan setempat. Peranannya terhadap kawasan dan satwa liar telah memiliki posisi tersendiri sebagai habitat, sumber pakan bagi satwa maupun dalam menanggulangi lahan bekas kebakaran. Pemanfaatan oleh masyarakat terhadap jenis ini untuk kebutuhan sehari-hari menjadikan tanaman ini memiliki peran penting bagi masyarakat. Kedepan perlu ada kajian-kajian yang lebih serius terhadap jenis ini sebagai salah satu jenis eksotik dikawasan agar keberadaannya tidak mengganggu kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. STATISTIK BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU. Boyolali: Balai Taman Nasional Gunung Merbabu.
Steenis, C.G.G.J. Van 2006. Flora Pegunungan Jawa. Bogor :LIPI Press
Suryanto, P. dkk 2010. The Dynamic Growth and Standing Stock of Acacia decurrens Following the 2006 Eruption in Gunung Merapi National Park, Java, Indonesia. www.ccsenet.org/ijb: International Journal of Biology Vol 2 No 2, July 2010.

Yuniarsih, B. 2013. Ancaman Invasi Acacia decurrens Pasca Erupsi Gunung Merapi 2010 terhadap Pemulihan Keanekaragaman Hayati Flora Pegunungan Di Taman Nasional Gunung Merapi. Yogyakarta: Tesis pada Universitas Gadjah Mada

No comments:
Write comments