Wednesday, May 29, 2013

TELADAN KARTINI DAN PERAN PEREMPUAN MASA KINI


Oleh Siti Jayariyah

Abstrak
Raden Ajeng (R.A.) Kartini putri Bupati Jepara kelahiran 1 April 1879 adalah sosok perempuan yang cerdas dan peduli terhadap kaum perempuan panda masanya. Sifat kritisnya tentang keprihatinan terhadap perempuan pribumi terlihat dari kumpulan surat-suratnya yang terangkum dalam buku berjudul ”Habis Gelap Terbitlah Terang”. Semangat dan perjuangannya telah menginspirasi perempuan-perempuan masa kini sehingga menempatkan R.A. Kartini sebagai tokoh emansipasi. Saat ini telah bermunculan kartini-kartini masa kini yang peran dan prestasinya telah dirasakan dalam berbagai bidang. Peran dan partisipasi perempuan akan terus dibutuhkan dalam mensukseskan pembangunan demi tercapainya kesejahteraan.


A.      PENDAHULUAN
Semangat Raden Ajeng (R.A.) Kartini membangun kaumnya tak pernah padam, api perjuangan terus mengilhami dan memotivasi kaum perempuan untuk bangkit menunjukkan jati dirinya. Partisipasi kaum perempuan pun dalam pembangunan semakin tinggi. Keikutsertaan dan tanggung jawab “Kartini” masa kini dalam membantu pemerintah melakukan percepatan pembangunan semakin nyata. Meskipun mungkin hal ini tidak terlintas di benak putri Bupati Jepara Raden Mas Sosrodiningrat, kelahiran 1 April 1879 silam yang kumpulan surat-suratnya terangkum dalam sebuah buku berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Sosok Kartini sebenarnya mempunyai sifat-sifat perempuan masa kini. Bahkan banyak teladan yang bisa diambil dari perempuan kelahiran Jepara tersebut. Kartini terlahir dari keluarga yang cerdas dan pintar dalam bidang bahasa. Karena Kartini bisa berbahasa belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman yang berasal dari Belanda. Keinginannya sangat kuat untuk memajukan perempuan pribumi, yang pada saat itu berada pada status sosial yang rendah. Perhatiannya tidak hanya semata-mata tentang emansipasi wanita, tetapi juga masalah sosial umum. Kartini berharap agar perempuan memperoleh kebebasan, otonomi, dan persamaan hokum.
Banyak nilai-nilai yang bisa diambil dari perjuangan Kartini untuk kaum perempuan masa kini. Peran serta dan partisipasi kaum perempuan dalam pembangunan saat ini menjadi sebuah kewajiban. Karena pembangunan yang berjalan menempatkan manusia sebagai titik sentralnya. Kaum perempuan pun sebagai salah satu sentral sekaligus pelaku pembangunan mempunyai semangat dan komitmen yang sama dalam mensukseskan tercapainya tujuan pembangunan yang bermuara pada pencapaian kesejahteraan. Salah satu bukti perlunya keterlibatan kaum perempuan adalah masih adanya “pekerjaan rumah” atas belum optimalnya pembangunan terhadap perempuan. Diantaranya angka kematian ibu hamil dan melahirkan meningkat, masih terpuruknya perempuan dalam hal kesempatan memperoleh pendidikan, dan banyaknya kasus kekerasan yang menimpa perempuan. Oleh karena itu, terkait terkait semangat perjuangan R.A Kartini seorang perempuan harus memiliki bekal dan semangat hidup yang kuat.

B.       SEKILAS SEJARAH KARTINI
Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orang tuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut. Ia ingin menentang tetapi tidak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di rumah.
Akhirnya membaca menjadi kegemarannya. Tiada hari tanpa membaca. Semua buku termasuk surat kabar dibacanya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Di tengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat pada Mr. J.H. Ambendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.
Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan oleh Kartini, karena ia dinikahkan oleh orang tuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia mengikuti suaminya ke Rembang. Suaminya ikut  mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Karena kegigihannya, Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan daerah lainnya. Sekolah-sekolah yang didirikan diberi nama “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat kartini sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga, dan tidak membedakan yang miskin dan kaya.
Pada tanggal 17 September 1904 Kartini meninggal dunia dalam usianya yang ke-25, setelah ia melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Ambendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temnnya di Eropa. Buku itu diberi judul ”DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Saat ini mudah-mudahan  di Indonesia akan terlahir kembali Kartini-Kartini lain yang mau berjuang demi kepentingan orang banyak. Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan semangatnya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Bagi perempuan dengan upaya awalnya itu kini kaum peremuan di negeri ini telah menikmati apa yang disebut persamaan hak. Perjuangan memang belum berakhir, karena di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.

C.       PERAN KARTINI  MASA KINI
R.A. Kartini adalah perempuan yang kritis dan suka belajar. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Sampai usia 12 tahun Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Legere School). Kartini mempunyai keinginan yang kuat untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosia yang rendah. Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Lokomotief yang diasuh oleh Pieter Brooshooft. Ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan took kepada pelanggan). Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tetapi juga masalah sosial umum. Kartini adalah seorang yang peduli pada kondisi perempuan-perempuan di sekitarnya. Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipadang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Surat-surat Kartini juga banyak mengungkap kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Meskipun memiliki seorang ayah yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya sampai umur 12 tahun, tetap saja itu belum cukup. Kartini sangat mencintai sang ayah, namun ternyata kecintaannya pada sang ayah juga yang akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Dalam suratnya juga disebutkan sang ayah sangat mengasihi Kartini. Ia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk belajar menjadi guru di Betawi, meskipun sebelumnya tidak mengizinkan Kartini untuk melanjutkan studi ke Belanda atau untuk masuk sekolah kedokteran di Betawi.
Perempuan pada saat ini banyak yang masih cenderung mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Bahkan ada juga yang terbawa arus dalam hal yang negatif. Tetapi tidak sedikit juga perempuan-perempuan yang mengikuti jejak Kartini. Beberapa pejabat seperti menteri, gubernur/ wakil gubernur, bupati, camat, lurah, dan pejabat-pejabat yang lain adalah perempuan. Beberapa penulis perempuan juga bermunculan dengan karyanya yang luar biasa, seperti Ayu Utami, Dewi Lestari, Jenar Mahesa Ayu, Nova Riyanti Yusuf, Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, dan lain-lain. Di Indonesia ada banyak tokoh perempuan yang berprestasi dalam bidangnya masing-masing. Diantaranya Sri Mulyani (mantan Menteri keuangan), Linda Gumelar (Menteri Pemberdayaan Perempuan), Siti Fadilah Supari (Mantan Menteri Kesehatan). Dalam bidang olah raga juga banyak mencetak atlet-atlet yang hebat seperti Susi Susanti, Yayuk Basuki, dan lain-lain. Perjuangan Kartini tidak akan pernah berhenti. Perjuangan tersebut ibarat estafet yang akan diteruskan oleh perempuan-perempuan saat ini dan yang akan datang.

D.      PENUTUP
Kartini adalah teladan bagi kaum perempuan yang sangat peduli pada kondisi kaum perempuan pada masanya. Ia perempuan yang cerdas dan suka belajar. Perjuangannya terhadap nasib perempuan menempatkan Kartini sebagai sosok yang dibanggakan, khususnya bagi kaum perempuan. Mengingat perjuangan Kartini yang begitu besar, sebagai kaum perempuan saat ini bebas memilih apa yang menjadi cita-citanya. Perjuangan kartini tidak akan pernah berakhir, karena harapan munculnya Kartini-kartini masa kini yang akan meneruskan perjuangannya. Sebagai perempuan Indonesia saat ini, kita tidak boleh menyerah, terus berjuang untuk kemajuan dan kemandirian. Kaum perempuan harus berprestasi dalam bidangnya masing-masing. Jangan sampai momentum hari Kartini hanya sekedar diisi dengan aneka lomba berkebaya, bersanggul, dan memasak. Tetapi mari kita mencoba memaknai hari Kartini lebih dalam. Karena hakikatnya perjuangan Kartini harus dilajutkan, mengingat masih banyaknya permasalahan-permasalahan menyangkut perempuan di negeri ini.
  
Daftar Pustaka

Nurhadi. 2007. Dari  Kartini Hingga Ayu Utami: Memposisikan Penulis Perempuan Dalam Sejarah Sastra Indonesia.Jurnal Diksi FBS UNY Edisi Juli 2007 Artikel No.45
Wikipedia. 2013. Kartini. Dapat diakses pada URL :http://Wikipedia.org/wiki/kartini

No comments:
Write comments