Oleh Siti Jayariyah
Abstrak
Raden
Ajeng (R.A.) Kartini putri Bupati Jepara kelahiran 1 April 1879 adalah sosok
perempuan yang cerdas dan peduli terhadap kaum perempuan panda masanya. Sifat
kritisnya tentang keprihatinan terhadap perempuan pribumi terlihat dari
kumpulan surat-suratnya yang terangkum dalam buku berjudul ”Habis Gelap
Terbitlah Terang”. Semangat dan perjuangannya telah menginspirasi
perempuan-perempuan masa kini sehingga menempatkan R.A. Kartini sebagai tokoh
emansipasi. Saat ini telah bermunculan kartini-kartini masa kini yang peran dan
prestasinya telah dirasakan dalam berbagai bidang. Peran dan partisipasi
perempuan akan terus dibutuhkan dalam mensukseskan pembangunan demi tercapainya
kesejahteraan.
A.
PENDAHULUAN
Semangat
Raden Ajeng (R.A.) Kartini membangun kaumnya tak pernah padam, api perjuangan
terus mengilhami dan memotivasi kaum perempuan untuk bangkit menunjukkan jati
dirinya. Partisipasi kaum perempuan pun dalam pembangunan semakin tinggi.
Keikutsertaan dan tanggung jawab “Kartini” masa kini dalam membantu pemerintah
melakukan percepatan pembangunan semakin nyata. Meskipun mungkin hal ini tidak
terlintas di benak putri Bupati Jepara Raden Mas Sosrodiningrat, kelahiran 1 April
1879 silam yang kumpulan surat-suratnya terangkum dalam sebuah buku berjudul “Habis
Gelap Terbitlah Terang”.
Sosok
Kartini sebenarnya mempunyai sifat-sifat perempuan masa kini. Bahkan banyak
teladan yang bisa diambil dari perempuan kelahiran Jepara tersebut. Kartini
terlahir dari keluarga yang cerdas dan pintar dalam bidang bahasa. Karena
Kartini bisa berbahasa belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan
menulis surat kepada teman-teman yang berasal dari Belanda. Keinginannya sangat
kuat untuk memajukan perempuan pribumi, yang pada saat itu berada pada status
sosial yang rendah. Perhatiannya tidak hanya semata-mata tentang emansipasi
wanita, tetapi juga masalah sosial umum. Kartini berharap agar perempuan
memperoleh kebebasan, otonomi, dan persamaan hokum.
Banyak
nilai-nilai yang bisa diambil dari perjuangan Kartini untuk kaum perempuan masa
kini. Peran serta dan partisipasi kaum perempuan dalam pembangunan saat ini
menjadi sebuah kewajiban. Karena pembangunan yang berjalan menempatkan manusia
sebagai titik sentralnya. Kaum perempuan pun sebagai salah satu sentral
sekaligus pelaku pembangunan mempunyai semangat dan komitmen yang sama dalam
mensukseskan tercapainya tujuan pembangunan yang bermuara pada pencapaian
kesejahteraan. Salah satu bukti perlunya keterlibatan kaum perempuan adalah
masih adanya “pekerjaan rumah” atas belum optimalnya pembangunan terhadap
perempuan. Diantaranya angka kematian ibu hamil dan melahirkan meningkat, masih
terpuruknya perempuan dalam hal kesempatan memperoleh pendidikan, dan banyaknya
kasus kekerasan yang menimpa perempuan. Oleh karena itu, terkait terkait
semangat perjuangan R.A Kartini seorang perempuan harus memiliki bekal dan
semangat hidup yang kuat.
B. SEKILAS
SEJARAH KARTINI
Raden Ajeng
Kartini lahir pada 21 April 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak salah
seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari
Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih
tinggi oleh orang tuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan.
Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut. Ia ingin menentang tetapi tidak
berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia
mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang
kemudian dibacanya di rumah.
Akhirnya membaca menjadi kegemarannya. Tiada hari
tanpa membaca. Semua buku termasuk surat kabar dibacanya. Melalui buku inilah,
Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa. Ia memulai dengan
mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu
pengetahuan lainnya. Di tengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga
menulis surat pada Mr. J.H. Ambendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk
belajar di negeri Belanda.
Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat
dimanfaatkan oleh Kartini, karena ia dinikahkan oleh orang tuanya dengan Raden
Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia mengikuti suaminya ke Rembang.
Suaminya ikut mendukung Kartini untuk
mendirikan sekolah wanita. Karena kegigihannya, Kartini berhasil mendirikan
Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan
daerah lainnya. Sekolah-sekolah yang didirikan diberi nama “Sekolah Kartini”.
Ketenarannya tidak membuat kartini sombong, ia tetap santun, menghormati
keluarga, dan tidak membedakan yang miskin dan kaya.
Pada tanggal 17
September 1904 Kartini meninggal dunia dalam usianya yang ke-25, setelah ia
melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Ambendanon
mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada
teman-temnnya di Eropa. Buku itu diberi judul ”DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang
artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Saat ini
mudah-mudahan di Indonesia akan terlahir
kembali Kartini-Kartini lain yang mau berjuang demi kepentingan orang banyak.
Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di
hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan semangatnya. Ide-ide besarnya
telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang
tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus dia
mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Bagi perempuan dengan upaya
awalnya itu kini kaum peremuan di negeri ini telah menikmati apa yang disebut
persamaan hak. Perjuangan memang belum berakhir, karena di era globalisasi ini
masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.
C.
PERAN KARTINI MASA KINI
R.A. Kartini
adalah perempuan yang kritis dan suka belajar. Kartini dikenal sebagai pelopor
kebangkitan perempuan pribumi. Sampai usia 12 tahun Kartini diperbolehkan
bersekolah di ELS (Europese Legere School). Kartini mempunyai keinginan yang
kuat untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan
pribumi berada pada status sosia yang rendah. Kartini banyak membaca surat
kabar Semarang De Lokomotief yang diasuh oleh Pieter Brooshooft. Ia juga
menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan took kepada
pelanggan). Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat
catatan-catatan. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita,
tetapi juga masalah sosial umum. Kartini adalah seorang yang peduli pada
kondisi perempuan-perempuan di sekitarnya. Pada surat-surat Kartini tertulis
pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang
kondisi perempuan pribumi. Sebagian surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan
khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipadang sebagai penghambat kemajuan
perempuan. Surat-surat Kartini juga banyak mengungkap kendala-kendala yang
harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju.
Meskipun memiliki seorang ayah yang tergolong maju karena telah menyekolahkan
anak-anak perempuannya sampai umur 12 tahun, tetap saja itu belum cukup.
Kartini sangat mencintai sang ayah, namun ternyata kecintaannya pada sang ayah
juga yang akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Dalam
suratnya juga disebutkan sang ayah sangat mengasihi Kartini. Ia disebutkan
akhirnya mengizinkan Kartini untuk belajar menjadi guru di Betawi, meskipun
sebelumnya tidak mengizinkan Kartini untuk melanjutkan studi ke Belanda atau
untuk masuk sekolah kedokteran di Betawi.
Perempuan pada saat ini banyak yang masih cenderung
mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Bahkan
ada juga yang terbawa arus dalam hal yang negatif. Tetapi tidak sedikit juga perempuan-perempuan
yang mengikuti jejak Kartini. Beberapa pejabat seperti menteri, gubernur/ wakil
gubernur, bupati, camat, lurah, dan pejabat-pejabat yang lain adalah perempuan.
Beberapa penulis perempuan juga bermunculan dengan karyanya yang luar biasa,
seperti Ayu Utami, Dewi Lestari, Jenar Mahesa Ayu, Nova Riyanti Yusuf, Helvy
Tiana Rosa, Asma Nadia, dan lain-lain. Di Indonesia ada banyak tokoh perempuan
yang berprestasi dalam bidangnya masing-masing. Diantaranya Sri Mulyani (mantan
Menteri keuangan), Linda Gumelar (Menteri Pemberdayaan Perempuan), Siti Fadilah
Supari (Mantan Menteri Kesehatan). Dalam bidang olah raga juga banyak mencetak
atlet-atlet yang hebat seperti Susi Susanti, Yayuk Basuki, dan lain-lain.
Perjuangan Kartini tidak akan pernah berhenti. Perjuangan tersebut ibarat
estafet yang akan diteruskan oleh perempuan-perempuan saat ini dan yang akan
datang.
D.
PENUTUP
Kartini adalah
teladan bagi kaum perempuan yang sangat peduli pada kondisi kaum perempuan pada
masanya. Ia perempuan yang cerdas dan suka belajar. Perjuangannya terhadap
nasib perempuan menempatkan Kartini sebagai sosok yang dibanggakan, khususnya
bagi kaum perempuan. Mengingat perjuangan Kartini yang begitu besar, sebagai
kaum perempuan saat ini bebas memilih apa yang menjadi cita-citanya. Perjuangan
kartini tidak akan pernah berakhir, karena harapan munculnya Kartini-kartini
masa kini yang akan meneruskan perjuangannya. Sebagai perempuan Indonesia saat
ini, kita tidak boleh menyerah, terus berjuang untuk kemajuan dan kemandirian.
Kaum perempuan harus berprestasi dalam bidangnya masing-masing. Jangan sampai
momentum hari Kartini hanya sekedar diisi dengan aneka lomba berkebaya,
bersanggul, dan memasak. Tetapi mari kita mencoba memaknai hari Kartini lebih
dalam. Karena hakikatnya perjuangan Kartini harus dilajutkan, mengingat masih
banyaknya permasalahan-permasalahan menyangkut perempuan di negeri ini.
Daftar Pustaka
Nurhadi.
2007. Dari Kartini Hingga Ayu Utami:
Memposisikan Penulis Perempuan Dalam Sejarah Sastra Indonesia.Jurnal Diksi FBS
UNY Edisi Juli 2007 Artikel No.45
Wikipedia. 2013.
Kartini. Dapat diakses pada URL :http://Wikipedia.org/wiki/kartini
No comments:
Write comments